JAKARTA - Lonjakan harga emas kembali menyita perhatian pelaku pasar keuangan dunia.
Pada perdagangan Jumat, 26 Desember 2025, emas dunia kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Dorongan utama datang dari meningkatnya minat terhadap aset safe haven. Investor global cenderung mengamankan portofolio mereka seiring ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter Amerika Serikat dan memanasnya situasi geopolitik.
Kondisi tersebut membuat emas semakin diminati sebagai instrumen lindung nilai. Pergerakan harga yang agresif mencerminkan kepercayaan pasar bahwa logam mulia masih memiliki prospek cerah ke depan.
Pada sesi perdagangan terakhir, emas menunjukkan reli signifikan yang memperpanjang tren kenaikan sepanjang tahun 2025. Penguatan ini menempatkan emas sebagai salah satu aset dengan kinerja terbaik secara global.
Emas Dunia Menembus Level Tertinggi Sepanjang Sejarah
Harga emas spot tercatat melonjak 1,18 persen ke level US$ 4.532,08 per ons troi. Sebelumnya, emas sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di posisi US$ 4.550,12 per ons troi.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat untuk pengiriman Februari juga mencatatkan kenaikan signifikan. Kontrak tersebut menguat 1,32 persen ke level US$ 4.562,45 per ons troi.
Kenaikan harga ini memperpanjang reli emas yang telah berlangsung dalam beberapa bulan terakhir. Momentum positif tersebut didorong oleh kombinasi faktor moneter dan geopolitik.
Lonjakan harga juga mencerminkan meningkatnya permintaan dari investor institusi maupun ritel. Emas kembali diposisikan sebagai aset pelindung nilai di tengah ketidakpastian arah ekonomi global.
Ekspektasi Kebijakan The Fed Jadi Pendorong Utama
Penguatan emas tidak terlepas dari meningkatnya keyakinan pasar terhadap arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Pasar memperkirakan bank sentral AS akan memangkas suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada 2026.
Penurunan suku bunga pertama diperkirakan akan terjadi pada pertengahan tahun depan. Ekspektasi ini membuat imbal hasil aset berbunga menjadi kurang menarik dibandingkan emas.
Selain itu, spekulasi mengenai kemungkinan penunjukan Ketua The Fed yang cenderung dovish turut memperkuat sentimen positif. Kebijakan yang lebih longgar dinilai akan mendukung kenaikan harga emas.
Wakil Presiden sekaligus Senior Metals Strategist Zaner Metals, Peter Grant, menilai kondisi ini menciptakan volatilitas di pasar. Menurutnya, pelemahan dolar AS dan ekspektasi pelonggaran kebijakan menjadi kombinasi yang kuat.
“Meski ada potensi ambil untung menjelang akhir tahun, tren penguatan emas tetap kuat,” ujar Grant. Pernyataan tersebut mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek emas.
Ketegangan Geopolitik Perkuat Daya Tarik Safe Haven
Selain faktor moneter, sentimen geopolitik turut memainkan peran penting. Ketegangan global yang kembali meningkat mendorong investor mencari aset yang dianggap aman.
Sentimen safe haven menguat setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap kelompok militan Islamic State di wilayah barat laut Nigeria. Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Presiden AS pada Kamis, 25 Desember 2025.
Situasi geopolitik yang tidak stabil sering kali menjadi katalis bagi kenaikan harga emas. Investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko dan beralih ke logam mulia.
Di sisi lain, pelemahan indeks dolar AS yang bergerak menuju penurunan mingguan turut menopang harga emas. Kondisi ini membuat emas berbasis dolar menjadi lebih menarik bagi pembeli luar negeri.
Kombinasi faktor geopolitik dan pergerakan mata uang menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penguatan harga emas. Pasar pun merespons dengan peningkatan volume transaksi.
Proyeksi Harga dan Dampak ke Pasar Global
Ke depan, prospek harga emas dinilai masih terbuka lebar untuk melanjutkan penguatan. Grant memperkirakan target berikutnya berada di level US$ 4.686,81 per ons troi.
Bahkan, terdapat peluang emas menembus level psikologis US$ 5.000 per ons troi pada paruh pertama tahun depan. Proyeksi ini didasarkan pada tren fundamental yang masih solid.
Secara tahunan, emas berpotensi mencatatkan kinerja terbaik sejak 1979. Sepanjang 2025, harga emas telah melonjak sebesar 72,55 persen, sebuah capaian yang luar biasa.
Kenaikan tersebut ditopang oleh berbagai faktor, mulai dari pelonggaran kebijakan moneter The Fed hingga pembelian agresif oleh bank sentral. Arus masuk dana ke ETF emas juga memperkuat reli.
Selain itu, tren de-dolarisasi global yang semakin menguat turut mendorong permintaan emas. Banyak negara mulai mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam cadangan devisanya.
Namun, lonjakan harga emas juga mulai menekan permintaan fisik di beberapa pasar utama. Di India, diskon harga emas melebar ke level tertinggi dalam lebih dari enam bulan.
Sebaliknya, kondisi berbeda terjadi di China. Diskon emas di negara tersebut justru menyempit tajam dibandingkan pekan sebelumnya yang sempat berada di level tertinggi dalam lima tahun.
Tidak hanya emas, logam mulia lain juga mencatatkan penguatan signifikan. Harga perak melonjak 10,38 persen hingga menembus US$ 79 per ons untuk pertama kalinya.
Platinum turut menguat 9,06 persen ke level US$ 2.461,38 per ons dan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Sementara palladium melonjak 12,46 persen ke US$ 1.941,95 per ons.
Kinerja impresif seluruh logam mulia tersebut menegaskan bahwa pasar sedang berada dalam fase reli kuat. Investor global tampaknya masih akan terus melirik emas dan logam mulia lainnya sebagai aset strategis.